Pages

Friday, July 13, 2012

Persetan denganmu, Passion!

Jadi saya lagi-lagi menyakiti diri sendiri dengan melihat portfolio teman(-teman). Decak kagum muncul bersahut-sahutan dari teman-teman di ruangan kantor ini melihat hasil karya mereka. Saya pun tak kalah kagum sambil menelan ludah yang kali ini rasanya lebih pahit.

Hebat ya. Betul rupanya. Tak perlu sekolah tinggi-tinggi dengan nilai IPK yang fantastis kalau sejak awal kita sudah tahu apa yang menjadi passion dan hidup untuk mewujudkan mimpi dengan passion itu sebagai semangat.

Passion. Kata itu rasanya kok makin menyebalkan di telinga saya. Persetan denganmu, Passion! Saya hanya butuh hidup tenang, gaji cukup buat hidup dan nabung, biasa-biasa saja, asal setiap hari bisa bersyukur. Saya, si anak yang mudah sekali puas, bukannya tidak punya passion, tapi passion itu seperti semakin dipikirkan, semakin tak rasional lagi. Saya, si over-thinker, akhirnya terjebak dalam kebingungan sendiri dan menjadi saya si under-achiever. Ha!

Sedangkan di luar sana, mereka yang saya kenal dulu serampangan, kerjaannya nitip absen, tugas ga kelar-kelar, ipeka dua koma, sekarang membuat saya ingin standing ovation! Kok mereka bisa sehebat itu sekarang? Ya karena mereka menjalani hidup dengan passion dan menjadikan passion sebagai semangat untuk mewujudkan mimpi. Terdengar mudah ya? Trus bagaimana dengan saya?

Saya memang hidup di lingkungan yang sangat akademis, menjunjung tinggi nilai-nilai kuliah yang baik tapi... kemampuan saya bertahan hidup di belantara dunia kerja dan hidup yang penuh kreativitas ternyata.. seiprit! Jadi, selama 3 tahun setelah lulus S1 dan bekerja, saya praktis tidak punya pencapaian apa-apa. Saya masih di sini, tak bedanya dari google translate hidup dan tukang ketik. Dengan melanjutkan kuliah S2 pun saya tidak bisa melihat diri saya akan punya karir yang cemerlang jika saya masih ada di industri ini. Kenapa? Karena, ternyata oh ternyata, ini semua bukanlah passion saya! Tolol? Ya, mungkin begitu.

Saya si tolol yang hidup di jalan mimpi orang lain demi untuk mempertahankan hidup, demi untuk bisa terus nabung, demi untuk menyenangkan segelintir orang, dan demi untuk.. pffftt!

Boleh nggak sih kalau saya tiba-tiba banting setir jadi pelukis? jadi penari? jadi tukang masak? Saya capek jadi tukang ketik muluuuu... ternyata saya nggak terlalu suka ini semua. Baaahh...


No comments:

Post a Comment